Menurut kamus bahasa Indonesia kata
kabar burung setara dengan kata kabar angin atau berita selentingan,
isu, gosip atau berita bohong. Kabar burung adalah informasi yang belum
jelas benar atau salahnya. Tak jarang kabar burung juga bisa berupa
fitnah. Kabar burung dan informasi yang benar batas pemisahnya hanya
setipis kulit ari.
Bagi yang pernah menyembelih ternak, saat membersihkan isi dalam
rongga dadanya tentu pernah melihat sebuah kantong berwarna hijau.
Kantong itu menempel erat dan seperti menyatu dengan jantung, hati dan
paru-paru. Kantong berwarna hijau lumut itu dinamakan kantong empedu.
Kantong itu terbuat dari selembar selaput tipis saja. Namun selama
selaput itu tidak terganggu dan tidak bocor meski letaknya berdekatan,
kita bisa menikmati lezatnya dendeng paru, kalio hati atau sate jantung.
Tapi jika kantung empedu tersobek, cairannya terserak ke mana-mana,
maka hewan ternak yang disembelih jadi tak berguna. Dagingnya akan
berubah jadi pahit dan tidak enak akibat terkena cairan empedu yang
pahitnya bukan kepalang. Kondisi ini hampir sama dengan yang digambarkan
oleh pepatah “karena nila setitik, rusak susu sebelangga.”
Batas pemisah kabar burung dan berita yang benar/shahih juga begitu,
bedanya tipis sekali, setipis kulit ari. Sering keduanya tercampur aduk
sehingga sulit membedakan mana yang benar atau mana yang hanya sekadar
kabar burung, desas desus bahkan fitnah. Dulu kita sulit mendapatkan
informasi karena terbatasnya media komunikasi.
Kini informasi datang melanda begitu deras, nyaris 24 jam sehari dari
berbagai penjuru. Informasi bisa datang melalui media televisi, radio,
media cetak, sms bahkan sosial media yang bisa wadahnya digenggam ke
manapun kita pergi.
Jika dulu kita berusaha mencari informasi, maka saat ini tugas kita
menyaring informasi. Informasi apapun yang kita inginkan, nyaris tanpa
batas, bisa diperoleh dalam hitungan detik melalui search engine di
internet. Sungguh luar biasa. Tinggal memilih dan memilah, informasi
mana yang akan diambil dan dianggap bermanfaat.
Karena gelombang informasi yang luar biasa itu, para ahli menamakan
abad ini sebagai era revolusi informasi. Mereka yang bernyali bisnis
memanfaatkan peluang bisnis yang timbul akibat fenomena revolusi
informasi, begitu juga ilmuwan, artis, politikus atau siapa saja yang
bisa memanfaatkannya.
Namun sayangnya berita yang benar dan kabar burung seperti empedu dan
daging tadi, keduanya seperti tercampur aduk, sulit membedakan satu
sama lain. Informasi yang benar dan baik tercampur aduk dengan informasi
yang tidak benar dan tidak baik.
Lebih parah lagi ada orang yang mengambil kesempatan memanfaatkan
peluang revolusi informasi secara tidak baik dan salah. Maka muncullah
berbagai macam bentuk penipuan melalui internet maupun telepon genggam.
Ada juga yang memanfaatkan revolusi informasi untuk kepentingan politik
baik secara benar maupun tidak benar. Ada juga yang secara sadar maupun
tidak sadar menyebarkan kabar burung bahkan fitnah melalui sarana media
yang sedang booming. Akibatnya kadang-kala menimbulkan dampak yang
fatal.
Sekali lagi, tugas kita menyaring mana informasi yang benar dan mana
yang tidak benar. Silakan pilih mana informasi yang bermanfaat dan mana
yang tidak bermanfaat. Jangan pula ikut terpancing untuk ikut jadi
penyebar atau komentator informasi yang kita sendiri belum tahu pasti
duduk masalahnya dan juga tidak tahu persis benar atau salahnya.
Seperti firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 6; “Hai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dalam QS: Al-Israa’ ayat 36 Allah juga berfirman; Dan janganlah kamu
mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya.
sumber : dakwatuna.com
0 komentar:
Posting Komentar